Senin, 22 Oktober 2012

Pannier Bag

Barang satu ini mungkin tidak popular disebut disini.
Tapi jika dikatakan: kantong besar untuk sepeda pak pos, barulah ngeh.
Pannier bag, adalah semacam tas atau kantong yang dipakai disepeda atau sepeda motor. Gunanya tentu saja untuk menyimpan barang.

 
Pannier bag atau tas sepeda ada beberapa jenis.
Paling umum dijumpai adalah kantong kecil yang disangkutkan tepat dibelakang tempat duduk (sadel) sepeda, lazim disebut tail bag, saddle bag, atau caradice bag.
Bentuknya kecil dan tersedia dalam berbagai size.  Nyaris semua pemain sepeda memakai ini. Karena kecil, maka isinya paling banter hanya  dompet, HP, utility tools, dan kunci pengaman atau lampu sepeda.  
Tas kecil ini perlu ada disangkutkan disana, karena biasanya celana sepeda (cyclist pants) tidak mempunyai kantong ekstra buat menyimpan barang.

 
Jenis pannier yg lain adalah diletakan dibelakang sepeda, bentuknya besar. Inilah yang dikenal sebagai “kantong pak pos”. Sejarahnya memang berasal dari sana. Dan jauh sebelum era “bike for fun and sport”, kantong besar ini juga disangkutkan didekat pelana kuda.
Belakangan ketika muncul sepeda genjot dan sepeda motor, kantong ini juga dipakai dengan modifikasi tertentu seperti dimensi volume serta bahan materialnya yang makin bagus.  Ringan, kuat, muat banyak barang, dilengkapi dengan scotlite untuk keamanan dijalan, dan kedap air.
Tas semacam ini jarang dipakai oleh pesepeda disini.  Untuk meletakan disana dibutuhkan penyangga besi atau alumunium, mirip tempat duduk boncengan.  Bagi bikers yang hanya menggenjot sepedanya diakhir pekan, pemakaian kantong ini tidak dirasa  perlu. Biasanya, jika ingin melakukan touring jarak jauh barulah mereka memasang tas ini dibelakang sepeda. Dari sini, lantas pannier ini juga disebut: touring bag.

Selain diletakan dibelakang, pannier bag juga diletakan distang dan diatas roda depan.  Jenis kantong ini adalah pengembangan untuk akses memuat barang lebih banyak bagi pesepeda touring. 

 

Di Jakarta agak sulit mencari pannier bag. Mereka biasanya hanya menjual tail bag untuk disadel tempat duduk. Untuk tas pannier size besar dibelakang, roda depan, serta stang, agak susah mencarinya.  Memakai pannier bagi pesepeda touring adalah wajib mengingat punggung manusia tidak akan kuat menanggung beban ransel yang diisi barang2 yang berat sambil menggenjot puluhan kilometer. Daripada lekas capek, maka memakai panniers adalah cara paling tepat untuk menghemat tenaga.
Link: 

Foto: Arkel panniers/ HSG 


HSG
"keep rolling....  "

Heinz Stucke, meninggalkan Jerman 1962 naik sepeda dan tidak kembali

Bisa dibilang, peminat sepeda turing diseluruh dunia kenal dengan nama ini.
Heinz Stucke, mulai membawa sepedanya untuk melakukan perjalanan turing keliling dunia sejak tahun 1962, dan dia TIDAK pernah mau kembali lagi. Terus berjalan diatas sepedanya kian kemari mengelilingi semua negara dan tiap jengkal tanah. Hingga tahun 2009 ini, dia sudah 49 tahun berkeliling dunia memakai sepeda dan melahap 600.000 km lebih perjalanan. Gua curiga dia punya bini ditiap negara, hahahaha.... pantesan betah.
Orang gila ini, adalah salah satu patron model dari semua aliran pecinta sepeda turing.
Ambisinya dan kecintaannya diatas sepeda spt tidak ada matinya.
Link dan foto:
http://heinzstucke.com/  



Facts and Figures 2006-05-24
545,000           km cycled
193                  countries visited
69                    territories, regions, associated states etc. seen
44                    years on the road
80-120             kms per day (when cycling)
40-50               kgs luggage
6                      number of times my bike has been stolen and recovered
4                      car accidents
20                    passports filled
16                    frame breakages
80,000             slides/photos taken
80,000             booklets sold
1940                year of birth
1963                met emperor Haile Selassie
1969                honorary citizenship of Jackson, Alabama
1994                became godfather of Jack Stroud, London
1995/99           Guinness Book record holder (epic journeys)

Daisuke Nakanishi

Sabtu, 2 Mei 2009 | 03:30 WIB

Tubuhnya langsing dan liat dengan warna kulit lebih gelap dibandingkan umumnya orang Asia Timur. Topi tak pernah lepas dari kepala, melindungi wajahnya yang mulai dimakan usia dari terpaan sinar matahari. Namun, ciri paling jelas untuk mengenalinya, adalah setengah lusin tas yang bertumpuk dan terikat bergelantungan di sepedanya.
Berbekal sepeda itu, Daisuke mewujudkan impiannya mengelilingi dunia. Sejak meninggalkan Osaka, 23 Juli 1998, Daisuke mengayuh sepedanya melewati pegunungan bersalju dan gurun tandus, melintasi batas negara dan benua. Tak hanya sekali, sarjana ekonomi lulusan Universitas Osaka ini telah dua kali mengelilingi bumi.

Indonesia adalah negara ke-125 yang disinggahi Daisuke. Saat mendarat di Jakarta, Jumat (24/4), setelah menempuh perjalanan laut selama 27 jam dari Batam, alat pengukur jarak di sepedanya menunjukkan angka 144.165 kilometer. Sejauh itu pula dia mengayuh sepedanya selama hampir 11 (sebelas) tahun.
Buat sebagian orang, yang dilakukan Daisuke adalah ulah orang kurang kerjaan yang mencari sensasi. Tetapi, Daisuke punya alasan sendiri menjalani pilihan hidup yang tidak biasa ini. “Saya suka naik sepeda. Saya senang bertemu orang dan mengenal kebudayaan mereka. Saya bermimpi untuk memiliki satu juta teman di seluruh dunia. Itulah yang saya jalani sampai sekarang,” ujarnya.

Misi Daisuke pun sederhana, yaitu mencari teman sebanyak-banyaknya. Untuk mewujudkan itu, tak jarang dia harus berhadapan dengan situasi sulit yang mengancam jiwanya.
Di Kenya, misalnya, Daisuke terserang penyakit malaria. Beruntung, saat dia terbaring sendirian, pertolongan medis datang tepat waktu. Pada lain kesempatan, di dataran tinggi Patagonia, Amerika Selatan, Daisuke harus bertahan menghadapi embusan angin dingin yang membekukan.
Namun, pengalaman yang paling menakutkan dialaminya adalah saat berkemah di tengah padang gurun di Namibia. Dua hyena berkeliaran di luar tendanya dan baru menyingkir sekitar dua jam kemudian. “Penduduk setempat bercerita, hyena bisa membunuh manusia. Saya takut setengah mati dan hanya bisa duduk terpaku. Senjata saya hanya sebilah pisau kecil yang biasa dipakai untuk memasak. Malam itu saya tak bisa tidur,” katanya.
Beberapa kali Daisuke juga kehilangan miliknya karena dicuri orang, termasuk kehilangan sandal di kapal dalam pelayaran menuju Jakarta. ” Someone stole my sandals on the boat,” tulisnya dalam situs www.daisukebike.be
Semua pengalaman unik itu berawal dari kesukaan Daisuke pada sepeda. Lahir di Kawanishi, kota kecil dekat Osaka, 6 Maret 1970, Daisuke belajar naik sepeda pada usia 10 tahun. Didorong sang ayah, Ikuo Nakanishi; Daisuke mulai bersepeda bersama kakak laki-lakinya hingga Kyoto atau Nara. Kegemaran ini berlanjut pada masa kuliah. Dia bergabung pada klub sepeda di universitas dan kerap berkeliling Jepang. Tahun 1990, Daisuke untuk pertama kali bersepeda di luar negeri, dari Los Angeles ke NewYork,AS, selama 48 hari.
Dalam perjalanan itu, panas terik di tengah Gurun Mojave membuat Daisuke kelelahan dan kehilangan kesadaran. Beruntung, seorang pria yang hanya dikenalnya sebagai Mr.Don melintas dan memberinya minum. Keramahan orang-orang yang ditemuinya di jalan membuat Daisuke ketagihan. Dia pun membuat empat ekspedisi lain mengunjungi 19 negara dan memancang targetnya mengelilingi dunia.
Selepas kuliah tahun 1992, Daisuke bekerja di perusahaan konstruksi selama enam tahun. Setelah berhasil mengumpulkan 50.000 dollar AS dan memesan sebuah sepeda touring, dia meninggalkan Jepang menuju Anchorage, Alaska, untuk memulai perjalanan. Dari Alaska, Daisuke bersepeda ke selatan hingga Peru, kemudian terbang ke Swedia untuk berkeliling Eropa Barat. Dia melanjutkan perjalanan sampai Afrika Selatan, lalu terbang ke Thailand, Australia, dan Selandia Baru, sebelum kembali keAmerika Selatan.
Kali ini Daisuke menetap cukup lama dan mengeksplorasi Amerika Selatan selama empat tahun sehingga membuat dia fasih berbahasa Spanyol. Dari sini dia kembali ke pantai timurAS, disusul Eropa Timur, Afrika Utara, Timur Tengah, India, danAsia Tenggara. Daisuke mengaku bukan perencana yang baik, tetapi selalu menyusun rencana untuk perjalanannya. Rencana perjalanan disusun bermodalkan peta, masukan dari sesama pengeliling dunia, atau warga setempat.
Misi yang sederhana membuat Daisuke tak terlalu berambisi bertemu para pejabat dan orang penting dalam perjalanannya. Namun, dengan bantuan para sahabat baru yang ditemuinya di jalan, dia bisa bertemu sejumlah tokoh, seperti pendaki pertama Everest, Sir Edmund Hillary di Selandia Baru, legenda sepak bola Pele di Brasil, mantan PresidenAS Jimmy Carter, pelari marathon ternama Haile Gebrselassie di Etiopia, dan mantan Presiden Polandia LechWalesa.
Pilihan Daisuke untuk mengelilingi dunia dengan sepeda bukannya tak mendapat tantangan keluarga. Meski mendukung kegemaran anaknya bersepeda, Ikuo kerap meminta Daisuke pulang dan menetap di Jepang. “Ayah bekerja 40 tahun di perusahaan yang sama, jadi mengelilingi dunia dengan sepeda dianggapnya terlalu berisiko. Saya memang tak punya rumah, pekerjaan, dan keluarga. Tetapi inilah impian saya dan saya bisa mewujudkannya. Ini cara saya menjalani hidup. Akhirnya, dia bisa juga menerima,” ujar Daisuke.
Dengan kerja keras dan pengorbanan, Daisuke mampu mewujudkan mimpinya. ”Saya kasihan pada orang yang hanya sekadar menjalani hidup dan tak punya mimpi. Hidup hanya satu kali dan itu harus dimanfaatkan dengan baik,” ujarnya.
Meski demikian, selalu ada akhir untuk semuanya. Setelah bersepeda menuju Yogyakarta dan Bali, Daisuke berencana mengunjungi beberapa negara Asia Tenggara lain, seperti Filipina, Myanmar, dan Laos sebelum mengakhiri perjalanannya tahun ini. ”Bekal saya sudah menipis. Lagi pula, akhir tahun ini ada peringatan 30 tahun Kelompok Petualang Bersepeda Jepang dan mereka meminta saya hadir,” ujarnya.
Setelah impiannya terwujud, apa rencana Daisuke berikutnya? ”Saya belum tahu. Mungkin menulis buku tentang perjalanan ini atau membuat pameran foto yang saya kumpulkan. Tetapi yang pasti saya harus mencari kerja. Setelah itu, mungkin membuat mimpi yang baru,” ujarnya. (Kompas.com)



I'm the King of the Mountain

Mohon jangan negative thinking dulu membaca judul tulisan di atas.
Demi Allah tidak ada maksud sombong dengan mencantumkan judul tersebut.
Ini hanyalah bentuk sebuah luapan emosi kebahagiaan karena impian/cita-cita yang selama ini saya impikan telah tercapai. Semua ini tentu saja atas ridho dan izin-Nya...

Alhamdulillah saya telah berhasil menunaikan misi perjalanan tahun ini: mendaki 5 gunung dengan menyertakan sepeda hingga ke puncak dalam satu kali perjalanan bersepeda....
Hari Minggu pagi (28 Juni 2009) sampe Selasa malam (30 Juni 2009) kemarin, Ciremai yang ganas berhasil saya tembus. Pendakian kali ini memang tidak saya lakukan sendirian. Saya ditemani sahabat saya Beti Timun yang bersedia mendampingi saya untuk menjadi dokumentator dengan membawa handycam. Trims ya Beti Timun.....

Dengan keberhasilan mendaki Ciremai disertai membawa sepeda hingga ke puncak berarti telah 13 gunung yang saya tembus dengan cara seperti ini.......Terima kasih Yaa Allah....
Inilah daftar gunung yang berhasil saya tembus selama ini:
(catatan: semua perjalanan dari Jakarta menuju lokasi gunung hingga kembali ke Jakarta, dilalui dengan mengayuh sepeda...)
1. Gede, Jawa Barat (2004)
2. Rinjani, NTB (2005)
3. Sinabung, Sumatera Utara (2006)
4. Batur, Bali (2007)
5. Ringgit, Jawa Timur (2007)
6. Lawu, Jawa Timur (2007)
7. Wilis, Jawa Timur (2007)
8. Semeru, Jawa Timur (2008)
9. Merapi, Jawa Tengah (2009)
10. Welirang, Jawa Timur (2009)
11. Penanggungan, Jawa Timur (2009)
12. Sindoro, Jawa Tengah (2009)
13. Ciremai, Jawa Barat (2009)

Terima kasih untuk Polygon dan rekan-rekan yang selama ini telah membantu saya untuk menggapai impian ini................
Salam Petualang...!
Cirebon (Hari ke-39 [Rabu, 1 Juli 2009} dalam petualangan di tahun 2009)
http://iwansunter.multiply.com/journal/item/7/_Im_the_King_of_the_Mountain


Trailer buat sepeda lazim dipakai oleh pesepeda touring atau adventuring..
Berjalan jauh sambil membawa barang (baju, tools, makanan) dimasukan kesebuah gandengan (trailer) yg menempel dibuntut sepeda.

Disini, memang jarang melihat org melakukan adventuring jarak jauh pakai sepeda sambil menggeret trailer, jadi produk ini termasuk "barang ajaib" yg aneh dimata orang indonesia.

Satu hal yg menyenangkan dari desain ini, adalah trailer ini hanya memakai mono tire atau roda tunggal. Berbeda dengan konsep trailer kebanyakan yang biasanya didesain dengan dua roda, trailer lansiran dari EXTRAWHEEL percaya bahwa efektifitas trailer justru lebih baik dengan roda tunggal.  
http://www.extrawheel.com/

Sabtu, 29 September 2012

Dokumentasi Media

Terima Kasih kepada Semua Media (Cetak, Elektronik & Website) yang telah bersedia memberi ruang cerita petualangan bersepeda jarak jauh kami dan berbagi pada masyarakat umum.




Jumat, 28 September 2012

Traveling with Bikepacker Indonesia

Traveling with Bikepacker Indonesia

Novriyadi

Traveling inexpensively and healthy, is to ride the bike!
Photo: Doc. Bikepacker IndonesiaPhoto: Doc. Bikepacker IndonesiaIndonesia is a country that is known to have so many outstanding natural beauties, with not a few forests that are still virgin; the mountains are also beautiful though sometimes they threaten with their activeness, and the dazzling blue seas with stunning coral reef gardens. Overall they are the charms that have strong magnet, which have made a lot of tourists from foreign countries came to visit, and even some were willing to settle down.
Photo: Novriyadi/TNOLPhoto: Novriyadi/TNOL
From all the matters, then comes the community of Bikepacker Indonesia (BPI), which is the community that likes to travel by bicycle. Why bicycle? Well, due to cycling, the community members feel it will make them become closer to nature that they enjoy much. "With cycling, we could actually have direct contact with nature, of which we enjoy much. This, of course, will be different if we are traveling by car," said Hendra Revellino, one member of Bikepacker Indonesia.
Photo: Doc. Bikepacker IndonesiaPhoto: Doc. Bikepacker IndonesiaThis community was established on April 14, 2009. Starting from a cycling hobby of one of them, namely Daus, then popped the idea to create a special community of traveling by bicycle, as the means of transportation. Then, over time, this community has also grown and evolving, and their members have become more and more - which consist of various professional backgrounds. "Our members in Jakarta alone, at this time, have reached up to 400 people," said Hendra.
Photo: Doc. Bikepacker IndonesiaPhoto: Doc. Bikepacker Indonesia
Like the backpacker's way of life in general, this community also tries to minimize costs while traveling. The tricks are, by doing a wide range of efforts. Starting from the use of public places to rest, such as mosques, gas stations, even police stations, up to bring along their own food supplies, in order to save expenses. "In addition, to reduce expenditures, we also often stay with our friends around the visited area," said Herman.
Then, where are the areas that they have visited? Well, it turns out to be quite a lot. Because, almost all regions in Indonesia have been visited by them. Starting from Sumatra, Komodo Island, to Borneo; mostly have been 'conquered' by them. And incredibly, the came to all of these areas by their bicycles. Whoaa, aren't they tired?
"If talking about tired, it is tiring for sure, but the thing is, the fatique will certainly be relieved when we see and enjoy the beautiful scenery," Herman explained.
Photo: Doc. Bikepacker IndonesiaPhoto: Doc. Bikepacker IndonesiaAccording to Herman, BPI also has several annual and monthly programs, such as 'Bikepacker Pulang Kampung' ('Bikepacker Homecoming', ed.), which they usually do ahead of the Eid al-Fitr Day. In the homecoming activities, they also provide information about the routes that are safe for traveling by bicycle.
So, if you are someone who likes the adventure - thus, also like cycling, you should join the Bikepacker Indonesia community, and enjoy the exciting adventures with fellow members here. Well, what are you waiting for? (ms) http://www.tnol.co.id/id/component/content/article/225-community-interest-group/11763-traveling-with-bikepacker-indonesia.html#.T3MGqzHVy3g


Bertualang Bersama Bikepacker Indonesia

Novriyadi

Kamis, 10 November 2011

Berwisata yang murah dan sehat, ya berwisata dengan menggunakan sepeda....
Foto: Dok. Bikepacker IndonesiaFoto: Dok. Bikepacker IndonesiaIndonesia adalah negeri yang dikenal memiliki begitu banyak keindahan alam yang luar biasa,tak sedikit hutannya yang masih perawan, gunung-gunungnya juga indah meski selalu mengancam dengan keaktifannya, serta lautnya yang biru mempesona dengan taman-taman terumbu karangnya yang menakjubkan. Semuanya itu adalah pesona yang memiliki magnet yang kuat, yang membuat banyak turis dari manca negara berbondong-bondong datang, dan bahkan tidak sedikit yang berkeinginan buat tinggal dan menetap.
Foto: Novriyadi/TNOLFoto: Novriyadi/TNOLNamun sayangnya, keindahan alam Indonesia itu justru malah lebih banyak dinikmati oleh turis mancanegara. Karena turis-turis lokal alias turis domestik, mereka justru malah lebih memilih berlibur atau menikmati pemandangan alam di luar negeri. Ironis sekali. Yang dari luar berdatangan, sementara tuan rumahnya malah pergi keluar.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, maka lantas muncullah komunitas Bikepacker Indonesia (BPI), yakni sebuah komunitas yang gemar berwisata dengan menggunakan sepeda. Kenapa sepeda? Karena dengan bersepeda, mereka merasa justru akan membuat mereka jadi lebih dekat dengan alam yang mereka nikmati. ”Dengan bersepeda kita justru bisa bersentuhan langsung dengan obyek wisata yang kita nikmati. Hal ini tentu berbeda jika kita berwisata dengan menggunakan kendaraan,” kata Hendra Revellino, salah satu anggota Bikepacker Indonesia.
Foto: Dok. Bikepacker IndonesiaFoto: Dok. Bikepacker IndonesiaKomunitas ini berdiri pada 14 April 2009. Berawal dari hobi bersepeda salah satu dari mereka, yakni Daus, lalu tercetuslah ide untuk membuat komunitas traveling yang khusus menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya. Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu, komunitas ini pun kian bertumbuh dan berkembang, dan anggota mereka pun semakin banyak – yang terdiri dari berbagai latar belakang profesi. “Anggota kita yang di Jakarta saja, saat ini, berjumlah 400 anggota,” kata Hendra.
Foto: Dok. Bikepacker IndonesiaFoto: Dok. Bikepacker Indonesia
Layaknya cara hidup backpacker pada umumnya, komunitas ini pun mencoba untuk meminimalisir biaya-biaya di saat traveling. Caranya, ya sudah pasti dengan berbagai macam usaha. Mulai dari memanfaatkan tempat-tempat umum untuk beristirahat, seperti masjid, pom bensin, ataupun kantor polisi, mereka juga biasanya membawa perbekalan makanan sendiri, demi mengirit pengeluaran. “Selain itu, untuk menekan pengeluaran, kita juga sering menginap di rumah teman-teman kami yang ada di sekitar daerah yang dituju,” kata Herman.
Lalu, daerah mana saja sih yang pernah mereka kunjungi? Kalau masalah ini, jangan ditanya deh. Karena hampir seluruh wilayah di Indonesia telah pernah mereka datangi. Mulai wilayah Sumatera, Pulau Komodo, hingga Kalimantan, pernah mereka singgahi. Dan hebatnya, semua daerah-daerah tersebut mereka datangi dengan menggunakan sepeda. Ck, ck, ck, apa tidak lelah ya mereka?
“Kalau pegel sih pastinya, tapi rasa capek itu pastinya akan terobati ketika kita bisa menikmati indahnya pemandangan,” jelas Herman.
Foto: Dok. Bikepacker IndonesiaFoto: Dok. Bikepacker IndonesiaMenurut Herman, BPI juga memiliki beberapa program tahunan dan bulanan, seperti “Bikepacker Pulang Kampung”, yang kerap mereka adakan menjelang Idul Fitri. Dalam kegiatan mudik tersebut, mereka juga kerap memberikan informasi-informasi mengenai rute-rute yang aman untuk dilalui dengan bersepeda.
Jadi, kalau Anda orang yang gemar bertualang – dan suka bersepeda, sebaiknya segera bergabung dengan Bikepacker Indonesia, dan nikmati petualangan-petualangan seru bersama teman-teman sehobi di sini. Nah, tunggu apa lagi? http://www.tnol.co.id/id/community/interestgroup/11761-bertualang-bersama-bikepacker-indonesia.html#.T3MGpTHVy3g